Kasus kematian gajah tersebut merupakan kematian kedua dalam bulan ini, dan diduga merupakan pembunuhan dengan penggunaan racun
Petugas keamanan setempat, Rabu (16/5) mengumumkan temuan seekor gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus)
yang memiliki status sangat terancam punah, tewas di provinsi Aceh.
Kasus kematian gajah tersebut merupakan kematian kedua dalam bulan ini,
dan diduga merupakan pembunuhan dengan penggunaan racun.
Dilansir oleh AFP, Armidi, petugas pengawas hutan dan lingkungan setempat menyatakan bahwa, warga menemukan bangkai gajah tersebut – sudah tidak memiliki gading – di sebuah sungai di distrik Aceh Jaya, sehari sebelumnya.
Gajah Sumatra memang biasanya dibunuh oleh penduduk yang melihat bahwa hewan raksasa tersebut sebagai hama yang menghancurkan tanaman dan panen. Hewan tersebut juga jadi target pembunuhan oleh pemburu yang memang sengaja mengincar gadingnya. “Saat kami datang ke lokasi, Selasa malam lalu, kami menemukan gajah jantan mati di dekat sungai yang berlokasi sekitar satu kilometer dari desa terdekat,” ucap Armidi. Ketika ditemukan, diperkirakan gajah ini sudah mati sekitar empat hari sebelumnya, karena bangkainya sudah mulai membusuk.
“Menurut sejumlah warga, gajah ini telah memasuki kawasan perkebundan dan memakan tanaman mereka. Kami perkirakan dia mati diracun,” kata Armidi sambil menyatakan bahwa investigasi untuk menentukan penyebab kematian gajah yang langka tersebut masih terus berlangsung. “Namun, warga tidak tahu siapa yang mencuri gadingnya,” ucapnya.
Awal bulan ini, badan pengamat lingkungan WWF telah mendesak pemerintah untuk menginvestigasi lebih lanjut kasus kematian seekor gajah Sumatra betina berusia 18 tahun. Dia ditemukan mati diracun di sebuah perkebunan kelapa sawit, di distrik yang sama.
Status gajah Sumatra sendiri telah diubah dari “terancam punah” menjadi “sangat terancam punah” oleh WWF pada Januari 2012 ini. Faktor penyebabnya adalah hancurnya habitat mereka secara mengenaskan, terutama dipicu oleh perluasan perkebunan kelapa sawit dan produksi kertas.
Saat ini, di alam bebas hanya tersisa kurang dari 3.000 ekor gajah Sumatra. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), angka ini anjlok 50 persen dibandingkan dengan angka populasi spesies tersebut pada tahun 1985 lalu. Konflik antara gajah Sumatra dengan manusia juga terus meningkat karena penduduk terus merasuki habitat liar mereka di pulau yang dikenal sebagai salah satu pulau dengan hutan tropis terbesar di dunia.
(Abiyu Pradipa. Sumber: AFP)
Dilansir oleh AFP, Armidi, petugas pengawas hutan dan lingkungan setempat menyatakan bahwa, warga menemukan bangkai gajah tersebut – sudah tidak memiliki gading – di sebuah sungai di distrik Aceh Jaya, sehari sebelumnya.
Gajah Sumatra memang biasanya dibunuh oleh penduduk yang melihat bahwa hewan raksasa tersebut sebagai hama yang menghancurkan tanaman dan panen. Hewan tersebut juga jadi target pembunuhan oleh pemburu yang memang sengaja mengincar gadingnya. “Saat kami datang ke lokasi, Selasa malam lalu, kami menemukan gajah jantan mati di dekat sungai yang berlokasi sekitar satu kilometer dari desa terdekat,” ucap Armidi. Ketika ditemukan, diperkirakan gajah ini sudah mati sekitar empat hari sebelumnya, karena bangkainya sudah mulai membusuk.
“Menurut sejumlah warga, gajah ini telah memasuki kawasan perkebundan dan memakan tanaman mereka. Kami perkirakan dia mati diracun,” kata Armidi sambil menyatakan bahwa investigasi untuk menentukan penyebab kematian gajah yang langka tersebut masih terus berlangsung. “Namun, warga tidak tahu siapa yang mencuri gadingnya,” ucapnya.
Awal bulan ini, badan pengamat lingkungan WWF telah mendesak pemerintah untuk menginvestigasi lebih lanjut kasus kematian seekor gajah Sumatra betina berusia 18 tahun. Dia ditemukan mati diracun di sebuah perkebunan kelapa sawit, di distrik yang sama.
Status gajah Sumatra sendiri telah diubah dari “terancam punah” menjadi “sangat terancam punah” oleh WWF pada Januari 2012 ini. Faktor penyebabnya adalah hancurnya habitat mereka secara mengenaskan, terutama dipicu oleh perluasan perkebunan kelapa sawit dan produksi kertas.
Saat ini, di alam bebas hanya tersisa kurang dari 3.000 ekor gajah Sumatra. Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), angka ini anjlok 50 persen dibandingkan dengan angka populasi spesies tersebut pada tahun 1985 lalu. Konflik antara gajah Sumatra dengan manusia juga terus meningkat karena penduduk terus merasuki habitat liar mereka di pulau yang dikenal sebagai salah satu pulau dengan hutan tropis terbesar di dunia.
(Abiyu Pradipa. Sumber: AFP)